RUMAH BANGSAL KENCONO YOGYAKARTA
Rumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta bernama Rumah Bangsal Kencono Keraton. Selain dikenal sebagi tempat tinggal Raja, Bangsal Kencono jika dilihat sekilas mirip desain rumah Joglo namun ukurannya lebih luas, besar dan lebar. Arsitektur Bangsal Kecono sendiri mendapat beberapa pengaruh dari arsitektur Cina, Portugis, dan Belanda. Meskipun mendapat pengaruh dari luar, arsitektur rumah adat ini didominan dengan kebudayaan Jawa.
Jika diperhatikan dari segi ukiran yang terdapat pada atap, tiang, dan dinding bangunan dominan dengan adat Jawa. Atap rumah Bangsal Kencono yang mirip adat rumah Jawa ini memiliki hubungan tinggi yang menopang pada empat tiang di bagian tengah yang disebut Soko Guru. Atap rumah Bangsal Kencono ini terbuat dari genting tanah atau sirap. Sedangkan dinding dan tiang disusun dari kayu dengan kualitas tinggi. Lantainya terbuat dari marmer atau granit dengan permukaan lebih tinggi daripada yang lain.
Bangsal Kencono adalah rumah yang berbentuk padepokan dengan luas halamannya 1400m2. Di halamannya terdapat sangkar burung dan tanaman yang menghiasi halaman tersebut. Saat memasuki Bangsal Kencono terdapat dua buah patung yang terkenal dengan sebutan “bupalo”. Patung tersebut membawa sebuah pemukul yang biasa disebut gada.
Ciri khas rumah adat Bangsal Kencono Yogyakarta yaitu :
1. Ukuran
rumahnya luas, besar dan lebar seperti padepokan karena berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan.
2. Struktur
Bangunan mirip dengan joglo. Mulai dari atap yang menggunakan atap ujug, sedangkan lantainya terbuat dari granit atau marmer.
3. Ornamen Bangsal Kencono terdapat dua buah patung yang berada di halaman. Selain itu, halamannya juga kerap dihiasi dengan sarang burung. Rumah adat ini juga dihiasi dengan ukiran khas Jawa pada beberapa sisi bangunannya, contohnya pada bagian atap dan tiang.
Fungsi rumah adat Yogyakarta Bangsal Kencono :
1. Bagian depan berfungsi sebagai :
Gladhag Pangurakan berfungsi sebagai gerbang utama untuk masuk ke Bangsal Keraton.
Alun – alun lor merupakan lapangan yang terletak di bagian utara dan berfungsi sebagai tempat penyelenggara acara.
Masjid Gedhe berfungsi sebagai tempat beribadah para punggawa kesultanan.
2. Bagian inti terdapat lebih banyak bangunan yang masing – masing fungsinya berbeda :
Bangsal Pagelaran merupakan bangunan khusus untuk punggawa kesultanan menghadap sultan saat upacara resmi.
Siti Hinggil Ler berfungsi sebagai tempat diselenggarakannya upacara resmi kesultanan.
Kamadhungan Ler merupakan bangunan yang terletak di bagian utara yang digunakan untuk memutuskan perkara hukuman mati.
Sri Manganti difungsikan sebagai tempat menerima tamu kesultanan.
Kedhaton difungsikan sebagi tempat tinggal sultan, istri, dan putra kesultanan.
Kamagangan difungsikan untuk menerima abdi dalem, tempat berlatih, dan apel kesetiaan para abdi.
Siti Hinggil Kidul berfungsi sebagai tempat sultan menyaksikan adu rampogan, tempat gladi resik upacara Grebeg, tempat berlatih prajurit perempuan, serta tempat upacara awal pemakaman sultan
3. Bagian Belakang Bangsal Keraton hanya ada dua bagian bangunan yang memiliki fungsi khusus, diantaranya :
Alun-alun kidul merupakan tempat yang terletak di bagian selatan Bangsal Kencono dan difungsikan sebagai tempat berlatih para prajurit
Plengkung Nirbaya berfungsi sebagai poros untuk menuju gerbang utama dalam proses pemakaman sultan
Bentuk fisik rumah adat Daerah Istimewa Yogyakarta “Bangsal Kencono” yang ada di Keraton ini menjadi poros utama identitas budaya masyarakat Jogja. Selain itu rumah adat ini juga memiliki arti penting terhadap perkembangan peradaban dan bukti eksistensi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sumber :
1.
https://www.google.com/amp/s/www.pewartanusantara.com/rumah-adat-yogyakarta/amp/
3.
http://herlinaazka.blogspot.com/2018/11/arsitektur-rumahbangsal-kencono.html?m=1
Komentar
Posting Komentar